Pages

HMP-SLDB

Himpunan Mahasiswa Pelajar Sungai Lundang Desa Baru

Jembatan Sungai Lundang

Jembatan yang menghubung Sungai Lundang dengan Desa Baru serta dengan Kenagarian Taratak Sungai Lundang

PSSL Sungai Lundang

Tim sepak bola di kampung Sungai Lundang, PSSL (Persatuan Sepakbola Sungai Lundang)

HMP-SLDB

Sebuah organisasi mahasiswa dan pelajar yang bertujuan memberikan perubahan positif bagi nagari

Muslimin Harist Pratama

Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Pelajar Sungai Lundang Desa Baru

Rabu, 06 Maret 2013

Keanekaragaman Hayati di Indonesia

             Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Dua negara lainnya adalah Brasil dan Zaire. Tetapi dibandingkan dengan Brazil dan Zaire, Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Keunikannya adalah di samping memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia memiliki areal tipe indo-malaya yang luas, juga tipe oriental, australia, dan peralihannya. Selain itu, di Indonesia terdapat banyak hewan dan tumbuhan langka, serta spesies endemik.

1.      Memiliki Keanekaragaman Hayati Tinggi
Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Keanekaragaman tinggi di Indonesia dapat dijumpai di dalam lingkungan hutan tropik. Jika di hutan iklim sedang dijumpai satu atau dua jenis pohon, maka di areal yang sama di dalam hutan hujan tropik memiliki keanekaragaman hayati sekitar 300 kali lebih besar dibandingkan dengan hutan iklim sedang. Di dalam hutan hujan tropik terdapat berbagai jenis tumbuhan (flora) dan fauna yang belum dimanfaatkan, atau masih liar. Di dalam tubuh hewan dan tumbuhan itu tersimpan sifat-sifat unggul, yang mungkin dapat dimanfaatkan di masa mendatang. Sifat-sifat unggul itu misalnya tumbuhan yang tahan penyakit, tahan kekeringan, dan tahan terhadap kadar garam yang tinggi. Ada pula yang memiliki sifat menghasilkan bahan kimia beracun. Jadi, di dalam dunia hewan dan tumbuhan, baik yang sudah dibudidayakan maupun belum, terdapat sifat-sifat unggul yang perlu dilestarikan.

2.      Memiliki Tumbuhan Tipe Indo-Malaya yang Arealnya Luas
Tumbuhan di Indonesia merupakan bagian dari daerah geografi tumbuhan indo-malaya, seperti yang dinyatakan oleh Ronald D. Good dalam bukunya The Geography of Flowering Plants. Flora indo-malaya meliputi tumbuhan yang hidup di India, Vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Philipina. Flora yang tumbuh di Malaysia, Indonesia, dan Philipina sering disebut sebagai kelompok flora malenesia.
Hutan di Indonesia dan hutan-hutan di daerah flora malenesia memiliki kurang lebih 248.000 spesies tumbuhan tinggi. Jumlah ini kira-kira setengah dari seluruh spesies tumbuhan di bumi. Hutan hujan tropik di malenesia didominasi oleh pohon dari famili Dipterocarpaceae, yaitu pohon-pohon yang menghasilkan biji bersayap. Biasanya Dipterocarceae merupakan tumbuhan tertinggi. Tumbuhan yang termasuk famili Dipterocarpaceae misalnya keruing (dipterocarus spp.), meranti (Shorea spp.), kayu garu (Gonystylus bancanus), dan kayu kapur (Dyrobalanops aromatica).

3.      Memiliki Hewan Tipe Oriental (Asia), Australia, Serta Perlalihannya
Ketika Alfred Russel Wallace mengunjungi Indonesia pada tahun 1856, ia menemukan perbedaan besar fauna di beberapa daerah di Indonesia (waktu itu Hindia Belanda). Ketika ia mengunjungi Bali dan Lombok, ia menemukan perbedaan hewan di kedua daerah tersebut. Di Bali, terdapat banyak hewan yang mirip dengan hewan-hewan yang mirip hewan-hewan Asia (Oriental), sedangkan di Lombok hewan-hewannya mirip dengan Australia. Oleh sebab itu, kemudian ia membuat garis pemisah yang memanjang mulai dari Selat Lombok ke Utara melewati Selat Makasar dan Philipina Selatan. Garis ini disebut Garis Wallace.


Gambar 5. Garis Wallace

Indonesia terbagi menjadi dua zoogeografi yang dibatasi oleh Garis Wallace. Garis Wallace membelah Selat Makasar menuju ke Selatan hingga ke Selat Lombok. Jadi, Garis Wallace memisahkan wilayah oriental (termasuk Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan) dengan wilayah Australia (Sulawesi, Irian, Maluku, Nusa Tenggara Barat dan Timur).

Fauna Daerah Oriental
Hewan-hewan di bagian barat Indonesia (Oriental) yang meliputi Sumatera, Jawa dan Kalimantan, serta pulau-pulaunya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

Ø   Banyak spesies mamalia yang berukuran besar, misalnya gajah, banteng, harimau, badak. Mamalia berkantung jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.
Ø   Terdapat berbagai macam kera. Kalimantan merupakan pulau yang paling kaya kan jenis-jenis primata. Ada tiga jenis primata, misalnya bekantan, tarsius, loris hantu, orang utan.
Ø   Terdapat hewan endemik, seperti:
1.      Badak bercula satu di Ujung Kulon
2.      Binturong (Arctictis binturong), hewan sebangsa beruang tapi kecil
3.      Monyet Presbytis thomasi
4.      Tarsius (Tarsius bancanus)
5.      Kukang (Mycticebus coucang)
Ø   Burung-burung Oriental memiliki warna yang kurang menarik dibanding burung-burung di daerah Australia, tetapi dapat berkicau. Burung-burung yang endemik misalnya jalak bali (Leucopsar rothschildi)elang jawa, murai mengkilat (Myophoneus melurunus), elang putih (Mycrohyerax latifrons), ayam hutan berdada merah (Arborphila hyperithra), ayam pegar.

Fauna Daerah Australia
Jenis-jenis hewan di Indonesia bagian Timur, yaitu Irian, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara, relatif sama dengan Australia. Ciri-ciri hewan di Indonesia bagian Timur adalah:
a)      Mamalia berukuran kecil
b)     Banyak hewan berkantung
c)      Tidak terdapat spesies kera
d)     Jenis-jenis burung memiliki warna yang beragam
Memiliki Banyak Hewan dan Tumbuhan Langka
Di Indonesia banyak terdapat hewan dan tumbuhan yang telah langka. Hewan langka misalnya:
  • Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
  • Harimau jawa (Panthera tigris sondanicus)
  • Macan kumbang (Panthera pardus)
  • Badak sumatera (Decerorhinus sumatrensis)
  • Tapir (Tapirus indicus)
  • Gajah asia (Elephas maximus)
  • Bekantan (Nasalis larvatus)
  • Komodo (Varanus komodoensis)
Tumbuh-tumbuhan langka misalnya:
  • Sawo kecik (Manilkara kauki)
  • Winong (Tertrameles nudiflora)
  • Sanca hijau (Pterospermum javanicum)
  • Gandaria (Bouea marcophylla)
  • Matoa (Pometis pinnata)
  • Sukun berbiji (Artocarpus communis)
Memiliki Banyak Hewan dan Tumbuhan Endemik
Di Indonesia terdapat hewan dan tumbuhan endemik. Hewan dan tumbuhan endemik Indonesia artinya hewan dan tumbuhan itu haya ada di Indonesia, tidak terdapat di negara lain.
Hewan endemik misalnya harimau jawa, harimau bali (sudah punah), jalak bali putih di Bali, badak bercula satu di Ujung Kulon, biturong, monyet Presbytis thomasi, tarsius, kukang, maleo hanya di Sulawesi, komodo di Pulau Komodo dan sekitarnya.
Tumbuhan yang endemik terutama dari genus Rafflesia arnoldii (endemik di Sumatera Barat, Bengkulu, dan Aceh), R. borneensis (Kalimantan), R. ciliata (Kalimantan Timur), R. horsfilldii (Jawa), R. patma (Nusa Kambangan dan Pangandaran), R. rochussenii (Jawa Barat), dan R. contleyi (Sumatera bagian timur).


Jumat, 01 Maret 2013

Partai Peserta Pemilu 2014


KPU Tetapkan 10 Partai Politik Peserta Pemilu 2014
JAKARTA || Rapat pleno Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang diadakan Senin siang (7/1) hingga Selasa dini hari menetapkan dari total 34 partai politik yang mendaftar, hanya 10 partai politik saja yang lolos verifikasi dan berhak maju sebagai peserta pemilu.

Sepuluh partai itu adalah:
1. Partai Demokrat
2. Partai Golkar
3. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
4. Partai Keadilan Sejahtera
5. Partai Amanat Nasional
6. Partai Persatuan Pembangunan
7. Partai Kebangkitan Bangsa
8. Partai Gerakan Indonesia Raya
9. Partai Hati Nurani Rakyat
10. Partai Nasional Demokrat (NasDem)

Hanya Nasdem yang merupakan partai baru dan belum pernah mengikuti pemilu.

Partai Peserta Pemilu 2014

Ketua KPU Husni Kamil Malik menjelaskan semua partai ini berhasil memenuhi syarat lolos verifikasi, yakni memiliki kepengurusan di 33 provinsi, kepengurusan minimal 75 persen untuk tingkat kabupaten/kota dan 50 persen di tingkat kecamatan, memiliki surat keterangan domisili kantor sekretariat partai, dan berhasil memenuhi keterwakilan perempuan minimal 30 persen dalam struktur kepengurusan partai.

“Verifikasi faktual di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota [dilakukan] dengan cara mendatangkan untuk mencocokkan kebenaran kepengurusan di tingkat pusat dan provinsi, atas nama pengurus. Kemudian mencocokkan keterwakilan perempuan dengan pengurus yang bersangkutan. Kemudian mencocokkan domisi kantor dengan dokumen yang sah,” ujar Husni.

Rapat pleno ini diwarnai hujan interupsi dan protes keras dari sejumlah kader partai politik yang tidak lolos.

Ketua Umum Partai Demokrasi Pembaruan, Roy B.B. Janis menilai ada diskriminasi dalam proses verifikasi partai politik tersebut.

“Karena temuan-temuan kita sangat signifikan, kartu anggota Golkar yang cuma nama, alamat itu kok diloloskan padahal tidak boleh begitu. Kalau kita nama, alamat, No. KTP segala macam diperiksa, itu sama dengan diskriminasi. Kita dapat data tersebut dari orang di KPUD di Jakarta Selatan ternyata KTA (kartu tanda anggotanya) cuma begitu saja, lolos semua. Seluruh Indonesia lho, bukan di Jakarta Selatan saja,” ujar mantan politisi PDI Perjuangan tersebut.

Sementara itu, direktur eksekutif Constitutional and Electoral Reform Centre Refly Harun menilai sebagian besar partai politik tidak siap untuk memenuhi syarat yang ditentukan oleh Undang-Undang No. 8/2012 tentang pemilihan umum. Hal itu, kata Refly, menyebabkan hanya 10 partai politik yang lolos sebagai peserta pemilu 2014.

Menurutnya, syarat yang ada dalam Undang-Undang tersebut sangat berat. Ia menyarankan adanya promosi dan degradasi dalam keikutsertaan partai politik.

“Misalnya partai yang bisa ikut pemilu nasional itu hanyalah yang lolos parliamentary threshold dan memiliki keterwakilan persentase tertentu di kabupaten/kota dan provinsi sehingga partai itu benar-benar representatif untuk tingkat nasional. Kemudian sisanya mereka hanya bisa ikut level provinsi atau level kabupaten/kota,” ujar Refly.

Jika sebuah partai sukses dan memiliki performa baik di tingkat kabupaten/kota, Refly berpendapat partai tersebut dapat naik dan ikut pemilu tingkat provinsi sampai nasional.

“Demikian juga dengan partai di tingkat nasional, jika performanya buruk, dia turun [ke level provinsi atau kabupaten/kota],” ujarnya.


Refly juga menyatakan jika ada partai politik yang tidak terima dengan keputusan KPU terkait verifikasi faktual maka mereka dapat melapor ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Pengadilan Tata Usaha Negara dan Mahkamah Agung.

Berikut adalah daftar partai politik yang mengikuti verifikasi peserta pemilu tahap awal :
  1. Partai Nasional Demokrat (Nasdem)
  2. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
  3. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
  4. Partai Bulan Bintang (PBB)
  5. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)
  6. Partai Amanat Nasional (PAN)
  7. Partai Golongan Karya (Golkar)
  8. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
  9. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
  10. Partai Demokrasi Pembaruan (PDP)
  11. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)
  12. Partai Demokrat
  13. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
  14. Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB)
  15. Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN)
  16. Partai Persatuan Nasional (PPN)
  17. Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK)
  18. Partai Kesatuan Demokrasi (PKDI)
  19. Partai Kongres
  20. Partai Serikat Rakyat Independen (SRI)
  21. Partai Karya Republik (Pakar)
  22. Partai Nasional Republik (Nasrep)
  23. Partai Buruh
  24. Partai Damai Sejahtera (PDS)
  25. Partai Republika Nusantara
  26. PNI Marhaenisme
  27. Partai Karya Peduli Bangsa (PKBP)
  28. Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (PPPI)
  29. Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU)
  30. Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI)
  31. Partai Republik
  32. Partai Kedaulatan
  33. Partai Bhineka Indonesia
  34. Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia (PNBKI)

Ikatan Kimia

Elastisitas Ekonomi


ELASTISITAS

3.1. Pengertian Elastisitas
Secara umum, elastisitas adalah suatu pengertian yang menggambarkan derajat kepekaan/respon dari julah barang yang diminta/ ditawarkan akibat perubahan faktor yang mempengaruhinya.

3.2. Elastisitas Permintaan
Elastisitas harga permintaan adalah suatu alat/konsep yang digunakan untuk mengukur derajat kepekaan/ respon perubahan jumlah/ kualitas barang yang dibeli sebagai akibat perubahan faktor yang mempengaruhi.
Dalam hal ini pada dasrnya ada tiga variabel utama yang mempengaruhi, maka dikenal tiga elastisitas permintaan, yahitu :
  1. elastisitas harga permintaan
  2. elastisitas silang
  3. elastisitas pendapatan

3.2.1. Elastisitas Harga Permintaan (the price elasticity of demand)
Elastisitas harga permintaan adalah derajat kepekaan/ respon jumlah permintaan akibat perubahan harga barang tersebut atau dengan kata lain merupakan perbadingan daripada persentasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan prosentase perubahan pada harga di pasar, sesuai dengan hukum permintaan, dimana jika harga naik, maka kuantitas barang turun Dan sebaliknya.
Sedangkan tanda elastisitas selalu negatif, karena sifat hubungan yang berlawanan tadi, maka disepakati bahwa elastisitas harga ini benar indeksnya/koefisiennya dapat kurang dair, dama dengan lebih besar dari satu Dan merupakan angka mutlak (absolute), sehingga permintaannya dapat dikatakan :
  1. Tidak elastisitas (in elastic)
  2. Unitari (unity) dan
  3. Elastis (elastic)
Dengan bentuk rumus umum sebagai berikut :

                   Î” Q        Î”P                           Δ Q                 P
      Eh                    :              atau Eh =                  X
                     Q           P                             ΔP                  Q
Dimana :
Eh          adalah elastisitas harga permintaan
Q           adalah Jumlah barang yang diminta
P            adalah harga barang tersebut
Δ           adalah delta atau tanda perubahan.
Hasil akhir dari elastisitas tersebut memberikan 3 kategori :
  1. Apabila perubahan harga (ΔP) mengakibatkan perubahan yang lebih besar dari jumlah barnag yang diminta (Δ Q), sisebut dengan elastisitas yang elastis (elastic), dimana besar koefisiennya adalah besar dari satu (Eh.1). Nemtuk kurva permintaannya lebih landai. [ % ΔP < % Δ Q].
  2. Apabila persentase perubahan harga (% ΔP) sama besarnya dengan persentase perubahan jumlah barang yang diminta (% Δ Q), disebut dengan elastisitas yang unity (unitari), dimana besar koefisiennnya adalah sama dengan satu (eh=1), bentuk kurva permintaannya membentuk sudut 45 derajat dari titik asal [% ΔP = % Δ Q].
  3. Apabila persentase perubahan harga (% ΔP) mengakibatkan perubahan kenaikan jumlah barang yang diminta (% Δ Q) yang lebih kecil,disebut dengan elastisitas yang in elastic dimana besar keofisiennya lebih kecil dari satu (Eh<1). Bentuk kurva permintaannya lebih vuram[ % ΔP > % Δ Q].
Pembagian kedalam tiga kategori tersebut disebabkan karena perbedaan total penerimaan (Total Renenue)nya sebagai akibat perubahan harga masing-masing kategori.
Pada suatu kurva permintaan akan terdapat ketiga keadan tersebut, tergantung dititik mana mengjkurnya. Pada harga tinggi, elastisitasnya lebih besar dari satu atau elastis, pada harga yang rendah elastisitasnya kurang dari satu atau tidak elastis (in elastic), sedangkan titik tengah dari kurva permintaan mempunya elastisitas sama dengan satu atau unity (unitari),
Disamping tiga bentuk elastisitasharga permintaan diatas, ada dua lagi elastisitas harga permintaan, yaitu :
  1. Permintaan yang elastis sempurna (perfectly Elastic), ini merupakan tingkat yang paling tinggi dari kemungkinan elastisitas, dimana respon yang paling besar dari jumlahbarang yang diminta terhadap harga, bentuk kurva permintaannya merupakan garis horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu gabris horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu datar, besar elastisitasnya tidak berhingga (Eh =Ï‚) pada kondisi ini berapapun jumlah permintaan, harga tidak berubah atau pada tingkat harga yang jumlah permintaan dapat lebih banyak.
  2. Kurva permintaan yang tidak elastis sempurna (perfectly inelastic), ini merupakan tingkat paling rendah dari elastisitas, dimana respon yang jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga adalah sangat kecil, bentuk kurva permintaannya vertikal dengan sempurna sejajar dengan sumbu tegak, besar koefisien elastisitasnya adalah nol (Eh = 0), artinya bagaimanapun harga tinggi, konsumen tidak akan mengurangi jumlah permintaannya.
Masing-masing bentuk kurva elastisitas harga tersebut,
Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Harga Permintaan
Elastisitas harga permintaan mengukur tingkat reaksi konsumer terhadap perubahan harga. Elastisitas ini dapat menceritakan pada produsen apa yang terjadi terhadap penerimaan penjualan mereka, jika mereka merubah strategi harga, apakah kenaikan/menurunkan jumlah barang yang akan dijualnya.

Ada beberapa faktor yang menentukan elastisitas harga permintaan :
  1. Tersedia atau tidaknya barang pengganti di pasar
  2. Jumlah pengguna/tingkat kebutuhan dari barang tersebut
  3. Jenis barang dan pola preferensi konsumen
  4. Periode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga/periode waktu penggunaan barang tersebut.
  5. Kemampuan relatif anggaran untuk mengimpor barang

Elastisitas akan besar bilamana :
  1. terdapat banyak barang subsitusi yang baik
  2. harga relatif tinggi
  3. ada banyak kemungkinan-kemungkinan penggunaan barang lain

Elastisitas umumnya akan kecil, bilamana :
  1. benda tersebut digunakan dengan kombinasi benda lain
  2. barang yang bersangkutan terdapat dalam jumlah banyak, dan dengan harga-harga yang rendah.
  3. Untuk barang tersebut tidak terdapat barang-barang substitusi yang baik, Dan benda tersebut sangat dibutuhkan.

3.2.2. Elastisitas Silang (The Cross Price Elasticity of demand)
            Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya tergantung pada harga barang tersebut. Tetapi juga pada preferensi konsumen, harga barang subsitusi dan komplementer Dan juga pendapatan.
              Para ahli ekonomi mencoba mengukur respon/reaksi permintaan terhadap harga yang berhubungan dengan barang tersebut, disebut dengan elastisitas silang (Cross Price Elasticity of demand)
              Perubahan harga suatu barang akan mengakibatkan pergeseran permintaan kepada produk lain, maka elastisitas silang (Exy) adalah merupakan persentase perubahan permintaan dari barang X dibagi dengan persentase perubahan harga dari barang Y
              Apabila hubungan kedua barang tersebut (X dan Y) bersifat komplementer (pelengkap) terhadap barang lain itu, maka tanda elastisitas silangnya adalah negatif, misalnya  kenaikan harga tinta akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap pena.
              Apabila barang lain tersebut bersifat substitusi (pengganti) maka tanda elastisitas silangnya adalah positif, misalnya kenaikan harga daging ayam akan mengakibatkan kenaikan jumlah permintaan terhadap daging sapi Dan sebaliknya.

Bentuk umum dari Elastisitas silang adalah :
 Î”Qx       Py
Es = ——- x ——-  > 0                     Substitusi
          Δ Px      Qx

         Δ Qy       Px
Es = ——- x ——-  < 0                     Komplementer
         Δ Py       Qy

Perlu dicatat bahwa indeks/koefisien elastisitas tidak sama dengan lereng dari kurva atau slope dari kurva permintaan. Bila elastisitas tersebut no (0) berarti tidak ada hubungan antara suatu barang dengan barang lain.

3.2.3.     Elastisitas Pendapatan (The Income Elasticity of Demand) 
Suatu perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perobahan tersebut diukur dengan apa yang disebut elastisitas pendapatan.
Elastisitas pendapatan ini dapat dihitung dengan membagi persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perobahan pendapatan, dengan rumus.
             Î” Q                Δ Y                                        Δ Q                Y
Em  =  ——-      :    ——–             atau      Em  = ——–   x     ——–
              Q                   Y                                          ΔY                 Q

Jika Em= 1 (Unity), maka 1 % kenaikan dalam pendapatan akan menaikkan 1 % jumlah barang yang diminta;
Jika Em>1 (Elastis), maka orang akan membelanjakan bahagian yang lebih besar dari pendapatan terhadap barang.
Jika pendapatan naik; jika Em < 1 (in Elastis), maka orang akan membelanjakan bahagian pendapatan yang lebih kecil untuk suatu barang, bila pendapatannya naik.
Apabila yang terjadi adalah kenaikkan pendapatan yang berakibatkan naiknya jumlah barang yang diminta, maka tanda elastisitas tersebut adalah positif dan barang yang diminta sebut barang normal atau superior.

Bila kenaikan dalam pendapatan tersebut berakibat berkurangnya jumlah suatu barang yang diminta, maka tanda elastisitas terhadap barang tersebut adalah negatif dan barang ini disebut dengan barang inferior atau giffen.

3.3.          Elastisitas Penawaran
3.3.1.     Elastisitas Harga Penawaran
(The Price Elasticity of Suply)
Sama hal dengan perhatian elastisitas harga pada permintaan, maka pengertian elastisitas harga pada penawaran, diartikan sebagai suatu alat untuk mengukur respon produsen terhadap perobahan harga, penghitungan elastisitas harga penawaran sama dengan penghitungan pada elastisitas harga permintaan, hanya saja perbedaan pengertian jumlah barang diminta diganti dengan jumlah barang yang ditawarkan.

           Δ Qs              P
Es. =  ——–    x   ——–
           Δ P                Q

Dimana :
Q         adalah jumlah barang yang ditawarkan;
P          adalah harga barang;
S          adalah delta atau perobahan.



Seperti terhadap koefisien elastisitas harga permintaan, koefisien penawaran tersebut juga dapat dibagi kedalam tiga  kategori, yaitu :
(a)             Elastis (Es > 1)
(b)            In Elastis (Es < 1),
(c)             Unity (Es = 1).
(d)            Elastis Sempurna (Es = ~ );
(e)             In Elastis Sempurna (Es = 0).
Disamping tiga bentuk elastisitasharga permintaan diatas, ada dua lagi elastisitas harga permintaan, yaitu :
  1. Permintaan yang elastis sempurna (perfectly Elastic), ini merupakan tingkat yang paling tinggi dari kemungkinan elastisitas, dimana respon yang paling besar dari jumlahbarang yang diminta terhadap harga, bentuk kurva permintaannya merupakan garis horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu gabris horizontal dengan sempurna sejajar dengan sumbu datar, besar elastisitasnya tidak berhingga (Eh =Ï‚) pada kondisi ini berapapun jumlah permintaan, harga tidak berubah atau pada tingkat harga yang jumlah permintaan dapat lebih banyak.
  2. Kurva permintaan yang tidak elastis sempurna (perfectly inelastic), ini merupakan tingkat paling rendah dari elastisitas, dimana respon yang jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga adalah sangat kecil, bentuk kurva permintaannya vertikal dengan sempurna sejajar dengan sumbu tegak, besar koefisien elastisitasnya adalah nol (Eh = 0), artinya bagaimanapun harga tinggi, konsumen tidak akan mengurangi jumlah permintaannya.
Masing-masing bentuk kurva elastisitas harga tersebut,
Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Harga Permintaan
Elastisitas harga permintaan mengukur tingkat reaksi konsumer terhadap perubahan harga. Elastisitas ini dapat menceritakan pada produsen apa yang terjadi terhadap penerimaan penjualan mereka, jika mereka merubah strategi harga, apakah kenaikan/menurunkan jumlah barang yang akan dijualnya.

Ada beberapa faktor yang menentukan elastisitas harga permintaan :
  1. Tersedia atau tidaknya barang pengganti di pasar
  2. Jumlah pengguna/tingkat kebutuhan dari barang tersebut
  3. Jenis barang dan pola preferensi konsumen
  4. Periode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga/periode waktu penggunaan barang tersebut.
  5. Kemampuan relatif anggaran untuk mengimpor barang

Elastisitas akan besar bilamana :
  1. terdapat banyak barang subsitusi yang baik
  2. harga relatif tinggi
  3. ada banyak kemungkinan-kemungkinan penggunaan barang lain

Elastisitas umumnya akan kecil, bilamana :
  1. benda tersebut digunakan dengan kombinasi benda lain
  2. barang yang bersangkutan terdapat dalam jumlah banyak, dan dengan harga-harga yang rendah.
  3. Untuk barang tersebut tidak terdapat barang-barang substitusi yang baik, Dan benda tersebut sangat dibutuhkan.

3.2.2. Elastisitas Silang (The Cross Price Elasticity of demand)
   Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya tergantung pada harga barang tersebut. Tetapi juga pada preferensi konsumen, harga barang subsitusi dan komplementer Dan juga pendapatan.
              Para ahli ekonomi mencoba mengukur respon/reaksi permintaan terhadap harga yang berhubungan dengan barang tersebut, disebut dengan elastisitas silang (Cross Price Elasticity of demand)
              Perubahan harga suatu barang akan mengakibatkan pergeseran permintaan kepada produk lain, maka elastisitas silang (Exy) adalah merupakan persentase perubahan permintaan dari barang X dibagi dengan persentase perubahan harga dari barang Y
              Apabila hubungan kedua barang tersebut (X dan Y) bersifat komplementer (pelengkap) terhadap barang lain itu, maka tanda elastisitas silangnya adalah negatif, misalnya  kenaikan harga tinta akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap pena.
              Apabila barang lain tersebut bersifat substitusi (pengganti) maka tanda elastisitas silangnya adalah positif, misalnya kenaikan harga daging ayam akan mengakibatkan kenaikan jumlah permintaan terhadap daging sapi Dan sebaliknya.

Bentuk umum dari Elastisitas silang adalah :
          Î”Qx       Py
Es = ——- x ——-  > 0                     Substitusi
          Δ Px      Qx

         Δ Qy       Px
Es = ——- x ——-  < 0                     Komplementer
         Δ Py       Qy

Perlu dicatat bahwa indeks/koefisien elastisitas tidak sama dengan lereng dari kurva atau slope dari kurva permintaan. Bila elastisitas tersebut no (0) berarti tidak ada hubungan antara suatu barang dengan barang lain.

3.2.3.     Elastisitas Pendapatan (The Income Elasticity of Demand) 
Suatu perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perobahan tersebut diukur dengan apa yang disebut elastisitas pendapatan.
Elastisitas pendapatan ini dapat dihitung dengan membagi persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perobahan pendapatan, dengan rumus.
            Δ Q                Δ Y                                        Δ Q                Y
Em  =  ——-      :    ——–             atau      Em  = ——–   x     ——–
              Q                   Y                                          ΔY                 Q

Jika Em= 1 (Unity), maka 1 % kenaikan dalam pendapatan akan menaikkan 1 % jumlah barang yang diminta;
Jika Em>1 (Elastis), maka orang akan membelanjakan bahagian yang lebih besar dari pendapatan terhadap barang.
Jika pendapatan naik; jika Em < 1 (in Elastis), maka orang akan membelanjakan bahagian pendapatan yang lebih kecil untuk suatu barang, bila pendapatannya naik.
Apabila yang terjadi adalah kenaikkan pendapatan yang berakibatkan naiknya jumlah barang yang diminta, maka tanda elastisitas tersebut adalah positif dan barang yang diminta sebut barang normal atau superior.

Bila kenaikan dalam pendapatan tersebut berakibat berkurangnya jumlah suatu barang yang diminta, maka tanda elastisitas terhadap barang tersebut adalah negatif dan barang ini disebut dengan barang inferior atau giffen.

3.3.          Elastisitas Penawaran
3.3.1.     Elastisitas Harga Penawaran
(The Price Elasticity of Suply)
Sama hal dengan perhatian elastisitas harga pada permintaan, maka pengertian elastisitas harga pada penawaran, diartikan sebagai suatu alat untuk mengukur respon produsen terhadap perobahan harga, penghitungan elastisitas harga penawaran sama dengan penghitungan pada elastisitas harga permintaan, hanya saja perbedaan pengertian jumlah barang diminta diganti dengan jumlah barang yang ditawarkan.

          Δ Qs             P
Es. =  ——–    x   ——–
          Δ P                Q

Dimana :
Q         adalah jumlah barang yang ditawarkan;
P          adalah harga barang;
S          adalah delta atau perobahan.

Seperti terhadap koefisien elastisitas harga permintaan, koefisien penawaran tersebut juga dapat dibagi kedalam tiga  kategori, yaitu :
(a)             Elastis (Es > 1)
(b)            In Elastis (Es < 1),
(c)             Unity (Es = 1).
(d)            Elastis Sempurna (Es = ~ );
(e)             In Elastis Sempurna (Es = 0).

3.3.1.     Elastisitas Penawaran Ditinjau dari Sudut Waktu
Elastisitas penawaran juga tergantung kepada waktu, apabila harga berobah, para ahli ekonomi membedakan tiga waktu/masa bagi produsen dalam rangka menyesuaikan jumlah barang yang akan ditawarkan dengan perobahan harga tersebut.
Secara umum, semakin lebih panjang waktu produsen untuk menyesuaikan diri terhadap perobahan harga, semakin besar elastisitas penawaran.
Adapun tiga waktu tersebut adalah :
(1)  tiga Immediate Run / Momentary Period / Market Period, suatu periode waktu yang sangat pendek, dimana jumlah barang yang terdapat di pasar tidak dapat dirubah, yaitu hanya sebanyak yang ada di pasar, kurva penawaran in elastis sempurna.
Seperti yang diperlihatkan gambar. 3.4.a.
The short Run, adalah suatu periode waktu yang cukup panjang bagi suatu perusahaan untuk memproduksi barang, tetapi tidak cukup panjang untuk mengembangkan kapasitas atau masuk pasar bagi perusahaan baru, sehingga out put hanya dapat dikembangkan sebatas kapasitas yang ada, bentuk kurva penawaran Unity.

The Long Run, adalah suatu periode waktu yang sangat panjang bagi perusahaan baru untuk masuk kedalam pasar dan bagi perusahaan lama untuk membuat perencanaan untuk pengembangan perusahaan yang lebih memungkinkan untuk menyesuaikan diri dengan perobahan harga, bentuk kurva penawarannya lebih elastis,

3.2.          Cara Menghitung Elastisitas Permintaan
Secara garis besar ada dua cara dalam mengukur besaran elastisitas permintaan, yaitu :

(1)  Elastisitas Titik (Point elasticity)
Cara ini digunakan untuk mengukur elastisitas yang perubahan harga dan jumlah yang diminta relatif sangat kecil atau limit mendekati nol, hal ini dapat dibuktikan,

(1)  Elastisitas Busur (Art Elastisity)
Cara kedua ini digunakan untuk mengukur perubahan harga dan jumlah permintaan yang besar.
Cara penghitungan ini terbagi dalam dua bentuk :


  1. Elastisitas Jarak.
Suatu cara mengukur elastisitas yang besar, tetapi bersifat searah, seperti diukur dari titik A ke titik B tidak sama besar hasilnya bila diukur dari titik B ke titik A.

  1. Elastisitas Jarak dengan Modifikasi / mid point;
Suatu cara dalam mengukur besaran elastisitas tanpa memperhatikan arah, apakah dimulai dari titik A ke titik B atau sebaliknya, dimana cara ini tidak akan ada perbedaan dari hasilnya, tujuan dari metode perhitungan ini adalah untuk mengatasi kelemahan pada cara pengukuran jarak (a).

3.3.1.     Elastisitas Penawaran Ditinjau dari Sudut Waktu
Elastisitas penawaran juga tergantung kepada waktu, apabila harga berobah, para ahli ekonomi membedakan tiga waktu/masa bagi produsen dalam rangka menyesuaikan jumlah barang yang akan ditawarkan dengan perobahan harga tersebut.
Secara umum, semakin lebih panjang waktu produsen untuk menyesuaikan diri terhadap perobahan harga, semakin besar elastisitas penawaran.
Adapun tiga waktu tersebut adalah :
(1)  tiga Immediate Run / Momentary Period / Market Period, suatu periode waktu yang sangat pendek, dimana jumlah barang yang terdapat di pasar tidak dapat dirubah, yaitu hanya sebanyak yang ada di pasar, kurva penawaran in elastis sempurna.
Seperti yang diperlihatkan gambar. 3.4.a.
The short Run, adalah suatu periode waktu yang cukup panjang bagi suatu perusahaan untuk memproduksi barang, tetapi tidak cukup panjang untuk mengembangkan kapasitas atau masuk pasar bagi perusahaan baru, sehingga out put hanya dapat dikembangkan sebatas kapasitas yang ada, bentuk kurva penawaran Unity.

The Long Run, adalah suatu periode waktu yang sangat panjang bagi perusahaan baru untuk masuk kedalam pasar dan bagi perusahaan lama untuk membuat perencanaan untuk pengembangan perusahaan yang lebih memungkinkan untuk menyesuaikan diri dengan perobahan harga, bentuk kurva penawarannya lebih elastis,

3.2.          Cara Menghitung Elastisitas Permintaan
Secara garis besar ada dua cara dalam mengukur besaran elastisitas permintaan, yaitu :

(1)  Elastisitas Titik (Point elasticity)
Cara ini digunakan untuk mengukur elastisitas yang perubahan harga dan jumlah yang diminta relatif sangat kecil atau limit mendekati nol, hal ini dapat dibuktikan,

(1)  Elastisitas Busur (Art Elastisity)
Cara kedua ini digunakan untuk mengukur perubahan harga dan jumlah permintaan yang besar.
Cara penghitungan ini terbagi dalam dua bentuk :


a.      Elastisitas Jarak.
Suatu cara mengukur elastisitas yang besar, tetapi bersifat searah, seperti diukur dari titik A ke titik B tidak sama besar hasilnya bila diukur dari titik B ke titik A.



a.      Elastisitas Jarak dengan Modifikasi / mid point;
Suatu cara dalam mengukur besaran elastisitas tanpa memperhatikan arah, apakah dimulai dari titik A ke titik B atau sebaliknya, dimana cara ini tidak akan ada perbedaan dari hasilnya, tujuan dari metode perhitungan ini adalah untuk mengatasi kelemahan pada cara pengukuran jarak (a).

3.2.          Elastisitas dan Penerimaan
Elastisitas berhubungan dengan reaksi jumlah barang terhadap perubahan harga, pada suatu kurva permintaan atau penawaran tertentu.
Elastisitas perlu diketahui oleh penjual sebab; jika jumlah barang besar reaksinya terhadap perubahan harga, maka suatu penurunan harga akan menaikkan jumlah pengeluaran konsumen untuk barang tersebut, berarti juga menaikkan penghasilan.
Jika jumlah barang tidak ada atau kecil reaksinya terhadap perubahan harga, maka penurunan harga hanya akan menurunkan jumlah penghasilan yang diterima penjual dari penjualan barang tersebut.
Bagi penjual yang penting adalah hubungan antara perubahan harga, elastisitas dan jumlah penerimaan penjual, jika kuantitas dikalikan dengan harga per unit, maka akan menghasilkan jumlah penerimaan, karena total penerimaan dari penjualan dalam suatu pasar adalah sama dengan harga produk kali dengan harga barang yang dijual (TR = P x Q).
Koefisien dari elastisitas permintaan dapat dipakai untuk meramalkan apa yang akan terjadi terhadap total penerimaan dari penjualan; apa yang akan terjadi dengan total pengeluaran konsumen bila harga berobah.
Sepanjang kurva permintaan, Harga dan Quantitas barang akan selalu bergerak berlawanan arah, suatu penurunan harga (p) akan memberikan total penerimaan yang lebih rendah dan suatu kenaikkan kuantitas (Q) akan menaikkan total penerimaan (TR).
Apa yang sesungguhnya terjadi terhadap Total Penerimaan, tergantung kepada reaksi permintaan terhadap perobahan harga barang.
Pada permintaan yang elastis, maka penurunan harga mengakibatkan persentase kenaikkan kuantitas yang dijual melebihi persentase turunnya harga, sehingga akan menyebabkan kenaikkan jumlah penerimaan.
Pada permintaan yang in elastis, maka suatu penurunan harga akan memberikan kenaikkan kuantitas yang terjual relatif lebih kecil daripada penurunan harga, sehingga jumlah penerimaan penjual menjadi turun.
Pada permintaan yang unitari, maka persentase kenaikan kuantitas akan sama dengan persentase harga, dan jumlah penerimaan penjual akan tetap tidak berubah jika terjadi kenaikkan harga dan sebaliknya.
Oleh karena itu, seorang penjual yang akan merubah harga harus memperhatikan elastisitas permintaan setiap tingkat harga tersebut.
Jadi berobahnya total penerimaan (TR) dapat memberikan cara yang cepat, untuk meneliti apakah suatu titik berada pada titik elastis, in elastis dan unitari, dengan cara :
a)     Bilamana P diturunkan dan TR menurun pula, maka permintaan adalah inelastis, atau jika P dan TR bergerak arah yang sama, maka Eh < 1;
b)     Bilamana P diturunkan dan menyebabkan TR meningkat, maka permintaan adalah elastis, atau jika P dan TR bergerak berbeda arah, maka Eh > 1;
c)     Bilamana P dinaikkan atau diturunkan, sedangkan TR sama saja, maka permintaan bersifat elastis kesatuan (unity) atau jika TR tidak berobah, ketika P berobah, maka Eh = 1.

Jadi ada dua cara untuk menentukan apakah permintaan tersebut adalah Elastis, In elastis atau Unity, yaitu cara :
1)     Metode Perhitungan Koefisien Elastisitas harga dari permintaan yang diperoleh dari informasi P dan Q.
Observasi apa yang akan terjadi terhadap Total Penerimaan/Total Revanue (TR), apabila P berobah dan pengujian total penerimaan (Total Revanue Test), tapi cara kedua ini tidak memberikan suatu nilai koefisien.


 (Muslimin)